Review Buku Quantum Ikhlas Karya Erbe Sentanu

Buku Quantum Ikhlas Buku Quantum Ikhlas

Buku Quantum Ikhlas ini memang bisa dikatakan buku yang sudah lama sekali. Saya pun baru mengetahui kalau cetakan pertama ini di tahun 2007 yang berarti ketika penulis masih ada di bangku SMP.

Well, lupakan itu. Seperti buku

self-develompent kebanyakan, buku ini mengulik rahasia kesuksesan hidup. Sukses di sini punya banyak interprestasi. Bergantung pada setiap orang. Ada yang mengidentikkan sebagai kekayaan material, kebahagiaan hati, atau validasi dari lingkungan sekitar.

Apa pun itu identifikasi kata sukses, kalau kebanyakan buku meminta kita untuk positive thinking, di buku ini kita diminta untuk positive feeling. Hal ini juga berkaitan dengan alam bawah sadar.

Berdasarkan pada ilmu fisika quantum, sesuatu yang tampak di alam semesta ini berasal dari kehampaan. Maka, jika demikian demikian, nasib kita merupakan cerminan dari hati kita sendiri.

Alkisah, seorang anak bertanya, dari mana asal langit, bumi, dan seluruh isinya? Ayahnya memintanya untuk mengambil buah kering yang berserakan di tanah lalu membelahnya. Saat sang anak menemukan biji kering di dalamnya, ayahnya tetap memintanya untuk terus membelahnya. Hingga sang anak menemukan bahwa biji tersebut kosong.

Nah, buku ini juga menganjurkan kita untuk selalu memiliki jiwa ‘anak-anak’ yang tak pernah takut mencoba dan selalu bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu. Ikhlas dan berprasangka baik terhadap yang lain. Selalu bersyukur pada apa yang kita dapatkan.

Semakin dewasa, kita jadi punya prasangka dan pikiran negatif yang merasuk ke dalam hati yang membuat kita lupa dengan kebaikan, kelebihan, dan potensi diri. Seperti beberapa kepercayaan yang umumnya dilontarkan, hidup itu susah dan penuh penderitaan, rezeki itu susah dicari dan tidak akan pernah cukup, dan ikhlas itu susah dan sulit dilakukan. Semua pikiran ini berasal dari hati yang khawatir, yang tidak percaya diri.

Law of Attraction. Karena doktrin tersebut, alhasil prinsip law of attraction membuat kehidupan kita pun tidak jauh dari semua pikiran itu. Alam semesta memberikan apa yang kita rasakan dan yakini.

Buku ini juga menjelaskan bahwa otak kita terbagi menjadi empat kategori gelombang otak, yaitu beta, alfa, theta, dan delta.

Beta merupakan frekuensi otak saat dalam kondisi terjaga atau sadar penuh dan didominasi oleh logika. Saat berada di gelombang ini, otak kiri sedang aktif digunakan untuk berpikir sehingga gelombangnya meninggi. Gelombang tinggi ini akan membuat otak mengeluarkan hormon kortisol dan norefinefrin yang menyebabkan cemas, marah, khawatir, dan stres.

Alfa merupakan tombol ikhlas yang kita cari untuk masuk ke alam bawah sadar. Orang yang sedang rileks, melamun, atau berkhayal sedang dalam frekuensi ini. Dalam kondisi ini, otak akan memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang membuat imunitas meningkat.

Theta merupakan frekuensi saat sedang bermimpi. Dalam kondisi ini pikiran menjadi kreatif dan inspiratif. Orang yang dalam gelombang ini berada dalam kondisi khusyuk.

Delta merupakan frekuensi terendah saat tidur pulas, tidak sadar, tidak berpikir. Saat berada di gelombang ini otak mengeluarkan hormon HGH (Human Growth Hormone/hormon pertumbuhan) yang dapat membuat orang awet muda.

Untuk mencapai positive feeling atau keadaan ikhlas (gelombang alfa) buku ini bakalan menuntun kita secara perlahan dengan menggunakan bantuan CD yang ada di dalamnya. Musiknya berupa suara alam seperti gemericik air, guntur, suara katak, dll.

Tapi, sebelum itu ada 3 hal yang perlu dipahami, yaitu DOA.

Direction, meminta dengan niat yang jelas. Bagian ini membuat saya teringat akan saat-saat di waktu saya selesai salat. Saya bingung dan tidak tahu mau minta apa sama Tuhan. Bahkan, dulu sewaktu umroh pun begitu. Sudah di depan Ka’bah dan saya tidak bisa doa dengan sungguh-sungguh. Alhasil, saya hanya berdoa sekadarnya. Di situ saya jadi paham, mungkin saya belum begitu mengetahui dan yakin apa yang sebenarnya saya mau.

Obedience, yakin bahwa doa akan terkabul. Sama seperti kita sudah meminta tapi hati sebenarnya tidak begitu yakin akan dikabulkan. Nah, ini juga yang sering terjadi pada kita semua. Ragu.

Acceptance, merasakan saat doa terkabul. Membayangkan seolah-olah kita merasakan secara riil semua doa terkabul beserta visualisasinyalah yang membuat hati semakin mantap dengan apa yang kita inginkan. Jadi, minta-yakin-terima.

Inti dari buku ini sebenarnya sederhana, ikhlas untuk menerima. Tapi, bukan serta merta kita tidak boleh meminta (berdoa), ya. Tapi, untuk mencapai ke sana kita butuh proses yang lumayan panjang. Karena beberapa dari kita toh isi kepala dan hatinya sudah terkena ‘virus’ yang selama ini meracuni hidup kita.